Dampak Kenaikan Harga Kargo Pesawat
Kenaikan tarif kargo pesawat saat ini dianggap terlalu tinggi hingga berdampak buruk bagi industri pengiriman logistik.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Express Indonesia (Asperindo), Bayu Paryanto mengatakan, kenaikan harga kargo pesawat mencapai 350 persen. Menurut dia, hal itu sangat berdampak ke industri jasa pengiriman barang.
“Kalau dari kami (tarif) naiknya 20 persen, dari airlines kenaikan paling rendah 120 persen yang paling tingig 350 persen,” ujar Budi.
Budi menyebutkan kenaikan harga kargo itu pun secara todas langsung merugikan masyarakat. Sebab, para penjual harus menaikkan harga produknya.
“Karena permintaan pasarnya berkurang. Ongkos kirimnya lebih mahal daripada produksinya. Penurunan pesanan sekitar 30 sampai 40 persen,” kata Budi.
Untuk mengakali kenaikan harga kargo pesawat itu, perusahaan logistik beralih ke transportasi laut. Namun ternyata di transportasi laut pun para pengusaha mengalami kendala.
“Kita alihkan kiriman-kiriman reguler. Itu pun di daerah tertentu yang terjangkau, misalnya Jawa, bisa dicampur dengan darat. Kalau laut misalnya yang ke Pontianak, Banjarmasin, kan jarak jempuhnya cuma dua harı, itu masih bisa. Tapi kendala di lapangan muncul, bongkar muatnya lama. Kami harus putar otak lagi, nggak mungkin kami yang molornya sampai 5 hari,”ujarnya.
Moda Transportasi Laut yang digunakan dalam jasa pengiriman, antara lain:
-
Kapal Roll On – Roll Off (Ro-Ro)
Kapal Ro-Ro adalah kapal yang bisa memuat kendaraan yang berjalan masuk ke dalam kapal dengan penggeraknya sendiri dan bisa keluar dengan sendiri juga, sehingga disebut sebagai kapal roll on – roll off atau disingkat Ro-Ro. Oleh karena itu, kapal ini dilengkapi dengan pintu rampa yang dihubungkan dengan moveable bridge atau dermaga apung ke dermaga.
Kapal Roro selain digunakan untuk angkutan truk juga digunakan untuk mengangkut mobil penumpang, sepeda motor serta penumpang umum. Angkutan ini merupakan pilihan populer antara Jawa dengan Sumatera di Merak-Bakauheni, antara Jawa dengan Madura dan antara Jawa dengan Bali.
Seara hanya menjalin kerjasama dengan rekanan yang terpercaya dan memiliki reputasi yang baik dalam menjalankan perusahaan moda transportasi ini dan selalu melakukan evaluasi terhadap rekanan kami ini, sehingga Seara selalu dapat memberikan pelayanan yang baik dan terpercaya kepada para kliennya.
-
Landing Craft (LCT)
LCT atau singkatan dari Landing Craft – Tank adalah sebuah kapal pendarat serang untuk mendaratkan tank di tepi-tepi pantai. Kapal ini mulai muncul pada saat Perang Dunia II dan digunakan oleh Angkatan Laut Inggris dan Amerika Serikat pada saat itu. AL Amerika Serikat kemudian menggunakannya untuk tujuan-tujuan lainnya selama Perang Korea dan Perang Vietnam. Selama Perang Dunia II, kapal-kapal ini biasanya dikenal dengan singkatan namanya, LCT.
Dengan tetap memakai nama LCT, banyak kapal-kapal ini beroperasi di perairan dan jalur sungai Indonesia sebagai kapal-kapal komersial mengangkut berbagai muatan atau jenis barang yang berukuran besar dan berbobot besar (misalnya dump truck, dozer, escavator, alat konstruksi, steel structure, boiler , mesin turbin, rig equipment, transformer, material project, dan lain-lain) ke berbagai penjuru Indonesia, terutama ke daerah pertambangan atau lokasi proyek yang berada di pulau atau pantai dan jalur sungai.
Jenis kapal LCT biasa juga digunakan sebagai sarana kapal ferry untuk jalur penyeberangan antar pulau di Indonesia. Fungsi lainnya dari LCT adalah sebagai sarana angkut bahan cairan untuk supply kebutuhan air bersih dan bahan bakar minyak di lokasi proyek pertambangan atau untuk distribusi ke berbagai wilayah terpencil di Indonesia.
Untuk pengiriman alat-alat berat maupun jenis kendaraan berbobot besar Seara menggunakan moda transportasi LCT. Dalam menggunakan moda transportasi LCT ini Seara selalu memilih rekanan moda transportasi LCT yang memiliki reputasi terpercaya dan terjamin dalam pelayanannya sehingga bisa memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para klien yang mempercayakan pengirimannya kepada Seara.
-
Less than Container Loaded (LCL)
LCL atau Less than Container Loaded, yaitu jenis pengiriman barang tanpa menggunakan container dengan kata lain parsial. Jika anda menggunakan jenis pengiriman LCL, maka barang yang anda kirim itu ditujukan ke Gudang penumpukan dari shipping agent. Lalu dari pihak Gudang tersebut akan mengumpulkan barang-barang kiriman LCL lain hingga memenuhi quota untuk di muat ke dalam container.
Pengiriman dengan system LCL ini lebih banyak digunakan untuk jenis pengiriman paket barang (consumer goods).
Seara memastikan bahwa pengiriman jenis LCL ini memiliki jaminan kualitas pengiriman yang sama terhadap layanan Seara lainnya, hal ini karena Seara memiliki gudang-gudang penerimaan barang yang baik dan aman baik di daerah penerimaan maupun di daerah tujuan pengiriman di Indonesia.
-
Full Container Loaded (FCL)
Layanan lain yang di miliki Seara dari jenis pengiriman menggunakan Jalur Laut adalah FCL atau Full Container Loaded, yaitu jenis pengiriman barang dengan menggunakan container. Walaupun quantity barang tersebut lebih pantas dengan mode LCL, tetapi jika shipper mengirimkan barangnya dengan menggunakan container maka jenis pengiriman ini disebut dengan FCL.
Pengiriman barang dengan mode FCL mengharuskan klien mengirimkan container ke Gudang Penerimaan milik Seara untuk selanjutnya container tersebut di proses. Proses pemuatan barang ini di namakan Stuffing Process. Setelah proses Stuffing selesai, container akan di segel oleh Seara dan container akan segera diirimkan ke Tempat Penumpukan Peti Kemas dipelabuhan pengiriman.
Oleh karena kepuasan pelanggan adalah hal yang ter bagi terpenting, maka Seara hanya menjalin kerjasama dengan rekanan yang terpercaya dan memiliki reputasi yang baik dalam menjalankan perusahaan moda transportasi ini dan selalu melakukan evaluasi terhadap rekanan kami ini, sehingga Seara selalu dapat memberikan pelayanan yang baik dan terpercaya kepada para kliennya.